Senin, 10 Maret 2008

Pemotretan Udara di Dissurpotrudau

ABSTRAK
Pemotretan udara yang dilaksanakan Dissurpotrudau sampai saat ini mempunyai beberapa kategori, berdasarkan tujuan pemotretan. Dengan demikian, pelaksanaan dan kamera udara maupun pesawat yang dipakai juga berbeda-beda. Pemotretan vertikal akan berbeda dengan pemotretan oblique, baik dilihat dari jenis kamera maupun pesawat yang dipakai, serta waktu yang diperlukan untuk proses penyelesaian foto udara yang dihasilkan.

Pendahuluan
Permukaan bumi merupakan bentuk permukaan yang tidak rata dan heterogen, yang terdri dari kenampakan alam maupun kenampakan buatan. Untuk memvisualisasikan permukaan bumi tersebut membutuhkan penanganan khusus yang dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Salah satu cara tersebut adalah memvisualisaikannya dengan memotret secara vertikal, yang disebut dengan pemotretan udara. Tugas pemotretan udara yang dilaksanakan oleh TNI AU diwujudkan oleh Dissurpotrudau.
Dissurpotrudau yang telah mempunyai pengalaman panjang di bidang pemotretan udara mempunyai berbagai peralatan, dari yang masih manual sampai yang menghasilkan data foto udara digital. Berbagai kamera tersebut berupa kamera udara konvensional maupun digital yang dapat digunakan untuk pemotretan oblique maupun vertikal. Untuk mendukung penggunaan peralatan tersebut, pesawat yang digunakan untuk mengangkut sensor kamera juga mempunyai spesifikasi khusus. Beberapa pesawat hanya dapat digunakan untuk melaksanakan pemotretan oblique saja.
Suatu misi pemotretan sudah tentu menghasilkan data yang harus dikelola lebih lanjut. Data dari kamera udara konvensional yang berupa film udara memerlukan penanganan yang berbeda dengan data foto dari kamera udara digital. Demikian juga penanganan data foto dari pemotretan udara oblique atau vertikal juga akan berbeda. Perbedaan proses data ini juga akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian kegiatan. Dengan demikian, setiap perbedaan tujuan pada misi pemotretan akan membawa perbedaan pada pelaksanaan, peralatan, pesawat yang dipakai, dan pada akhirnya akan berbeda waktu pelaksanaannya.

Peralatan Pemotretan Udara
Berbeda dengan pemotretan pada umumnya yang dilaksanakan untuk berbagai keperluan di darat, pemotretan udara memerlukan kamera udara yang mempunyai spesifikasi tertentu. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh tujuan pemotretan yang dilaksanakan. Peralatan yang ada pada pemotretan udara terdiri dari kamera udara vertikal dan oblique, dengan masing-masing kamera tersebut berupa kamera udara konvensional yang menggunakan film maupun kamera udara digital.
Pemotretan udara yang menggunakan film dapat dipakai untuk pemotretan vertikal maupun oblique. Pemotretan udara vertikal menggunakan kamera metrik, yaitu RMK A atau RMK TOP. Masing-masing kamera udara menggunakan film berukuran 23 x 23 cm dengan panjang untuk 250 expose. Sedangkan kamera udara oblique menggunakan kamera Hasselblad dan Agiflite dengan film berukuran 60 mm dengan panjang untuk 12 expose. Untuk pemotretan udara yang menggunakan peralatan digital, sampai saat ini Dissurpotrudau menggunakan kamera medium format Hasselblad digital dengan ukuran CCD 36.9 x 36.9 mm dan kamera small format Nikon D1 X dengan ukuran CCD 34.6 x 21.9 mm.

Gb 1. RMK TOP di ruang simulasi
Gb. 2. RMK TOP di pesawat

KAMERA UDARA RMK TOPMembicarakan tentang sensor yang dipakai, maka wahana pengangkut sensor juga sangat penting untuk dibahas. Untuk pemotretan menggunakan kamera vertikal RMK, sampai saat ini pesawat TNI AU yang dapat digunakan hanya pesawat Cassa dari Skadron Udara 4, Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang. Hal ini disebabkan pada lantai pesawat Cassa sudah dibuat beberapa lubang yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran lensa kamera. Sedangkan untuk pemotretan udara vertikal untuk kamera small format, selain Cassa juga Super Puma Skadron Udara 6 dan 8, Lanud Atang Senjaya. Pada pemotretan oblique, pesawat yang digunakan yaitu Cassa Skadron Udara 4, CN 235 dan Fokker dari Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma atau Boeing dari Skadron Udara 5, Lanud Hasanuddin, juga Super Puma. Pemotretan oblique dilakukan dengan cara memotret dari pintu pesawat yang dibuka, sedangkan pemotretan dilakukan dengan memegang kamera di pintu pesawat. Penggunaan pesawat tidak terpengaruh oleh penggunaan kamera, apakah pemotretan oblique tersebut menggunakan kamera konvensional atau kamera digital.

Data yang Diinginkan
Dengan mengacu pada tujuan pemotretan, maka dapat dipastikan data apa saja yang dibutuhkan dalam beberapa jenis pemotretan. Apabila data yang diinginkan merupakan data yang digunakan untuk pemetaan, maka semua faktor pengambilan data pemetaan harus dipersiapkan. Namun sebaliknya, apabila data yang diinginkan berupa tampilan data foto udara yang dapat digunakan untuk analisa data secara cepat, maka yang disajikan adalah data yang kurang teliti pada posisi suatu obyek, namun lebih jelas dan bagus untuk penampilan data. Berbeda pula untuk data sasaran di area tertentu yang bersifat area yang sempit, maka data yang disampaikan dapat berupa hasil foto oblique.
Untuk proses pemetaan, kamera yang dipakai yaitu RMK A atau RMK TOP. Kedua kamera itu menggunakan film udara ukuran 23 x 23 cm. Setelah film udara dicuci cetak, seperti proses cuci cetak manual, hanya berbeda ukuran film, maka akan didapat foto yang tercetak sesuai kebutuhan. Hasilnya dapat berupa foto udara di kertas, di negatif atau positif film. Setelah melalui proses pemetaan yang mendetil, maka didapat peta garis maupun peta foto. Peta foto diperoleh apabila data foto udara berbasis film dijadikan data digital. Pemetaan yang menggunakan film ini diprioritaskan untuk meproduksi peta skala besar, yaitu skala 1:20.000 atau yang lebih besar.
Kamera lain yang dipakai yaitu medium dan small format digital. Penggunaan kamera ini untuk penyajian data yang lebih memerlukan penampilan peta/foto. Dengan tipe data yan sudah digital dan berwarna, maka aspek penampilan lebih dapat diutamakan. Namun dengan adanya pemakaian GPS yang dihubungkan dengan kamera, maka foto udara yang dihasilkan juga mempunyai posisi yang terukur.
Kamera medium format yang dimiliki Dissurpotrudau yaitu Hasselblad digital dengan ukuran CCD 36.9 x 36.9 mm dan kamera small format Nikon D1 X dengan ukuran CCD 34.6 x 21.9 mm. Ukuran CCD ini akan menentukan luasan yang tercover untuk satu expose. Sebagai contoh perhitungan :
Untuk kamera Hasselblad, dengan menggunakan lensa yang mempunyai panjang fokus 50 mm, dengan tinggi terbang 10000 ft, maka :
skala foto yang didapat sebesar : 5 cm / (10000 x 33,3) = 1: 66.600
cakupan area : 3.69 x 66,600 = 245754 cm = 2457.54 m.
2457.54 x 2457.24 m
Untuk penyajian data pada keseluruhan area yang dipotret, maka membutuhkan banyak foto udara, dengan demikian foto udara yang telah dihasilkan perlu di susun sedemikian rupa agar menjadi satu dan menunjukkan wilayah yang lebih luas. Proses ini disebut proses mosaik.

Proses Pengolahan Data Foto Udara
Dengan data yang berbeda karakteristiknya, maka pengolahan data foto udara hasil pemotretan dengan kamera metrik dan kamera digital akan berbeda penanganannya. Film udara hasil dari kamera yang menggunakan film harus dicuci cetak terlebih dahulu. Proses selanjutnya tergantung tujuan pemotretan.
Kamera yang menghasilkan data digital akan menghemat waktu, karena hasil pemotretan langsung dapat dilihat. Selain itu, karena data langsung dapat di download, maka data juga langsung dapat diproses. Pemrosesan data juga tergantung pada tujuan pemotretan, apakah perlu sampai ke peta foto, mosaik terkontrol atau mosaik tak terkontrol. Pelaksanaan mosaik yaitu dengan menggabungkan foto-foto yang mencakup area pemotretan.

Kegunaan Pemotretan
Dengan dua jenis pemotretan yang ada, yaitu oblique dan vertikal, maka masing-masing teknik pemotretan tersebut mempunyai tujuan masing-masing. Pemotretan vertikal lebih banyak dipakai sebagai sarana penyiapan data untuk pemetaan. Sedangkan pemotretan oblique lebih banyak digunakan untuk memotret suatu obyek/target yang terpisah. Contoh penggunaan data hasil pemotretan vertikal yaitu untuk memetakan daerah Lanud, atau untuk penyiapan wilayah yang dipakai untuk Angkasa Yudha. Sedangkan contoh pemotretan oblique yaitu untuk pelaksanaan patroli maritime, patroli ‘Eyes in the Sky’ (EIS) yang dilaksanakan di Selat Malaka, atau pemotretan sasaran penembakan sebelum dan sesudah latihan. Selain itu, pada beberapa kesempatan, pemotretan oblique juga digunakan untuk pemotretan berbagai gedung/kantor milik TNI AU, misalnya gedung Mabesau, kantor Koopsau, Kodikau, Kohanudnas, dan lain-lain.
Sejauh ini, semua jenis pemotretan denagn berbagi sarana dan teknik pelaksanaannya telah banyak memberikan data-data masukan kepada TNI AU maupun TNI, serta mendukung pelaksanaan pembangunan.

Tidak ada komentar: